Meneguhkan Solidaritas, Menebarkan Kebaikan serta Mencerahkan Semesta

    



    Bersyukur kepada Allah SWT pada kesempatan kali ini kita masih diberikan kesehatan serta nikmat untuk bisa dipertemukan kembali di bulan yang suci ini. Meskipun pada kesempatan kali ini kita dihadapkan dengan pandemi Covid-19. Nikmat kesehatan dan nikmat kesempatan inilah yang paling tidak harus kita syukur. Karena dengan bersyukur, inshaallah akan menambah nikmat kepada kita semua. Dalam suatu hadist mengatakan bahwa ada dua kenikmatan yang kadang manusia lalai, yang pertama nikmat sehat dan kedua nikmat kesempatan. Mengutip salah satu pepatah Arab mengatakan “pemuda zaman sekarang adalah calon pemimpin bangsa yang akan datang”. Pepatah Arab ini memiliki makna yang dalam, bahkan salah satu ulama masyur di zamannya yaitu Syekh Dr.Yusuf Al-Qaradawi mengatakan “ketika suatu negara ingin melihat masa depan bangsanya yang akan datang, lihatlah pemudanya detik ini, apakah dia berinspirasi serta memberikan kontribusi untuk negeri ini?”  Mengutip juga kata-kata yang dilontarkan oleh Khalifah Umar Bin Khattab beliau mengatakan bahwasanya ketika saya menjumpai masalah-masalah yang besar, yang saya panggil pertama kali adalah pemudanya. Ini berarti tiada lain peran pemuda itu sangat strategis. Lebih-lebih kita sebagai generasi millenial di era revolusi industri 4.0.


 Meneguhkan Solidaritas, Menebarkan Kebaikan serta Mencerahkan Semesta

    Meskipun ibadah bulan suci ramadhan kali ini kita dihadapkan dengan situasi pandemi Covid-19, kita tetap harus bersyukur, taat dan meninggalkan yang namanya maksiat. Kita taat inshaallah kita akan selamat, ketika melakukan maksiat maka kita akan sengsara. Sudah kita ketahui bahwasanya Covid-19 ini telah menjadi pandemi global yang telah dihimpun badan kesehatan dunia (WHO) ataupun badan kesehatan nasional (BNPB) per 3 Mei 2020 lalu. WHO mendata bahwa data terdampak Covid-19 ini lebih dari 125 negara diseluruh penjuru dunia. Melansir data dari Worldometers, jumlah pasien positif Covid-19 di dunia terkonfirmasi sebanyak 5.188.656 kasus hingga Jumat 22 Mei 2020. Adapun jumlah mereka yang meninggal dunia sebanyak 334.057 jiwa. Sedangkan pasien sembuh tecatat ada 2.078.467 Jiwa. Bahkan di Indonesia sendiri kurang lebih 35 provinsi yang terdampak pandemi Covid-19 ini. Update terakhir 22 Mei 2020 di Indonesia terkonfirmasi 20.796 kasus, yang dalam perawatan 69,39%, meninggal dunia 6,38% dan yang sembuh sekitar 24,32%. Terkhusus di Kalimantan Timur yang terkonfirmasi 271 kasus, 3 orang meninggal dan 102 orang sembuh. Kita tahu bahwa pandemi ini menjadi persoalan global di seluruh dunia. Pandemi bisa dimaknai sebagai terjadinya suatu wabah yang dapat menyerang banyak orang yang terjadi bersamaan di seluruh penjuru dunia. Pemerintah Indonesia telah menjadikan bencana non alam ini sebagai bencana nasional. Bencana dalam prespektif islam dapat di maknai sebagai musibah ataupun ujian dari Allah SWT. Yang tentunya dapat menimpa siapapun, kapanpun dan dimanapun kita berada.

     Karena sesungguhnya dalam ajaran islam yang namanya musibah ataupun ujian itu adalah cara Allah SWT untuk menguji seorang hambanya. Sejauh mana hamba itu mampu untuk bersifat sabar, untuk mampu dan segera taat agar dekat kepada Allah SWT. Dalam Al-quran surah Al-baqorah ayat 155 yang artinya “Dan akan aku berikan cobaan kepadamu wahai manusia, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar”.

    Ayat ini paling tidak memberikan ibrah kepada kita semua bahwa musibah seperti pandemi Covid-19 ini senantiasa adalah cara Allah SWT untuk menguji kita, apakah kita mampu bersabar untuk ujian ini ataukah justru kita menjadi orang yang tergesah-gesah atau bahkan menjadi orang yang suudzon kepada Allah SWT? Dengan ujian ini sesungguhnya adalah bukti cinta Allah SWT kepada kita untuk menaikan derajat kita menjadi orang-orang yang sabar dan menjadi orang-orang yang selalu dekat kepada-Nya. Tidak sedikit masyarakat yang ketakutan dan khawatir yang terlalu berlebihan. Kita melihat fenomena diluar sana banyak orang yang merasa ketakutan, kekurangan harta dan banyak juga masyarakat yang jiwanya sudah di panggil melalui ujian yang Allah SWT berikan ini.

    Meskipun penanganan Covid-19 ini sudah menjadi tanggungjawab otoritas pemerintah Indonesia, tapi tidak sepatutnya kita melepaskan begitu saja. Karena sesungguhnya nasib bangsa kita lagi-lagi ada pada peran pemudanya saat ini. Banyak cara yang bisa kita lakukan dalam rangka memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19 ini sebagai pemuda muslim.

     Peran pertama yang bisa kita lakukan dibulan suci Ramadhan 1441 H ini, kita bisa melakukan tindakan persuasif kepada khalayak umum, saudara kita, keluarga kita, tetangga kita dan masyarakat luar untuk selalu memperkuat,mempertebal kualitas keimanan kita kepada Allah SWT. Karena orang yang memiliki keimanan yang kuat inshaallah, meskipun dia sedang menjalankan puasa dalam kondisi pandemi Covid-19 ini, dia akan selalu memiliki pandangan yang positif, memiliki jiwa raga yang optimis untuk menatap masa depan yang akan datang.

    Surah Al-Fushilat ayat 30 yang artinya “Dan sungguh orang-orang yang berkata bahwa tuhan kami adalah Allah SWT dan mereka istiqomah maka Allah SWT akan turunkan malaikat kepada mereka dan malaikat berkata janganlah kamu merasa takut, jangan pula kamu merasa sedih dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar karena di janjikan surga oleh Allah SWT”. Ayat ini memberikan pelajaran bahwa ketika kita yakin kepada Allah SWT, ketika kita tahu bahwa sesungguhnya inilah cara Allah SWT menguji kita sejauh mana sifat sabar kita. Tentu kita tidak perlu takut, tidak perlu bersedih, karena pada akhirnya ketika iman kita kuat dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini, janji Allah SWT akan datang.

    Ramadhan tujuannya menjadikan orang-orang bertaqwa. Kemudian di Al-Quran Surah Al-baqaroh ayat 197 yang artinya “Berbekalah kalian karena sebaik-baik bekal itu adalah bekal taqwa”. Ramadhan di tengah pandemi ini menjadi momentum yang sangat tepat untuk memperkuat dan mempertebal keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

    Iman seseorang itu kadang naik dan kadang turun, naik dengan kita melakukan perbuatan taat dan turun dengan melakukan perbuatan maksiat. Jelas sekali dengan puasa inshaallah kita bisa menjadi semakin taat, kita akan semakin mendekat dan pada akhirnya kita bisa menjadi hamba yang selamat termasuk selamat dari pandemi Covid-19 ini.

    Kedua, peran yang bisa kita lakukan sebagai generasi islam yang juga merupakan generasi milenial di industri 4.0 adalah dengan cara melakukan isolasi diri, menahan diri kita untuk tidak berkerumun, untuk tidak berkumpul yang melibatkan banyak orang. Sebagaimana sabda nabi Muhammad saw bahwasanya apabila kamu mendengar sebuah wabah di suatu wilayah maka janganlah kamu memasukinya, akan tetapi jika wabah tersebut terjadi di wilayah kamu berada maka jangan pula kamu pergi untuk meninggalkannya”. Yang biasanya ibadah bersama di Masjid yang sifatnya berjama’ah, berbuka puasa yang sifatnya juga jama’ah untuk sementara waktu kita menahan diri, dengan cara melakukan ibadah-ibadah tersebut di rumah bersama keluarga.

    Ketiga, yang bisa kita lakukan sebagai generasi islam adalah mari kita bersama saling menguatkan dan membumikan yang namanya sifat ta’awun kepada sesama manusia, tidak memandang ras,suku,budaya ataupun agama. Sesuai dengan semboyan negara Indonesia Bhinneka Tunggal Ika. Di tengah pandemi ini kita haruslah saling bersatu padu. Harus saling tolong menolong dalam hal apapun, terlebih di bulan suci ramadhan. Agar pandemi ini segera berakhir dan kita bisa melakukan aktifitas seperti sediakala lagi.

     Mari kita berikan kabar ini kepada masyarakat yang ada di sekeliling kita. Ketika memang pergi itu mendesak, pergi itu sangat penting jangan lupa safety diri kita dengan selalu jaga jarak, menggunakan masker dan hand sanitizzer. Terakhir penutup adalah Surah Al-maidah ayat 2 yang artinya “wahai manusia tolong menoloklah kamu dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu tolong menolong dalam berbuat dosa serta perusakan ataupun permusuhan”. Inilah ayat yang perlu kita jadikan sebagai pedoman, terlebih kita sebagai generasi islam yang milenial di industri 4.0, berlomba-lombalah kita dalam kebaikan dimanapun kita berada.

 

(Penulis : Lisa Aprilia Gusreyna, Fakultas Hukum angkatan 2019 Universitas Mulawarman)

REFERENSI BACAAN

lJogjakarta, Syukron Affani. 2019. Dalam Sejarah Pengembangannya. Jakarta: Pustaka binaman Presindo.

lAceh, M.Quraish Shihab. 2020. Rasionalitas Al-Qur’an Studi Kritis Atas Tafsir Al-Manar. Gramedia.

No comments:

Post a Comment